1.
Pendahuluan
Universitas Kristen Satya Wacana
(UKSW) menggunakan sistem komputerisasi untuk menangani berbagai hal seperti
pengarsipan data administratif dan menjadikan Teknologi Informasi sebagai satu
tulang punggung lembaga. Parameter seperti jumlah dan variasi situs yang
disediakan, jumlah titik akses, jumlah pengakses, serta jumlah bandwidth
internet yang dikonsumsi menunjukkan bahwa kebutuhan IT di UKSW semakin
meningkat setiap tahunnya. Kendala yang ada adalah pada umumnya setiap
perkembangan dari sistem atau aplikasi yang baru juga membutuhkan server yang
baru pula. Selain itu, untuk beberapa layanan yang mengalami peningkatan jumlah
tuntutan, seperti Web Server, Flexible Learning yang bebasis Moodle, datacenter,
dan lain sebagainya, membutuhkan upgrade perangkat keras secara berkala untuk
dapat memenuhi tuntutan. Pesatnya perkembangan dari setiap penambahan aplikasi
atau server juga diiringi oleh berbagai kendala, serperti meningkatnya
kebutuhan perangkat keras yang selanjutnya berdampak pada kendala ekonomi,
kendala tempat ruang server, tenaga listrik, dan rangkaian kendala lainnya. Dilain
pihak peralatan yang saat ini digunakan belum sepenuhnya digunakan. Sebagian
besar server hanya menggunakan sumber daya prosesor yang tidak lebih dari 10%
(sumber: Data Biro Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana 2010).
Virtualisasi merupakan salah satu
inovasi dibidang IT yang bertujuan untuk meningkatkan performa komputer. Secara
sederhana, virtualisasi adalah menjalankan lebih dari satu sistem operasi
secara bersamaan dalam satu perangkat keras yang sama, namun pada lingkungan
kerja yang sama sekali berbeda antara masing-masing sistem operasi tersebut.
Pengadaan satu perangkat keras server untuk satu aplikasi dapat dihindari
dengan dilakukanya konsolidasi perangkat keras dan dengan menaikkan utilitas
dari penggunaan server untuk lebih dari beberapa aplikasi (Blum, 2011).
Teknologi virtualisasi menjadi salah satu topik hangat dibicarakan karena kemampuannya
dalam pengelolaan sumber daya yang fleksibel, tingginya utilitas untuk
optimasi, dan kemampuannya melakukan ekspansi dengan jauh lebih mudah.
Oleh karena itu pada penelitian
ini dilakukan penerapan teknologi virtualisasi untuk menangani masalah tidak
optimalnya penggunaan utilitas dan peningkatan kebutuhan perangkat keras.
2.
Metode
Penelitian
Simulation Analysis dikenal
sebagai salah satu metode yang sering digunakan dalam perancangan sistem. Dalam
metode ini, hal-hal yang menjadi bagian penting dari sistem dibangun dalam
suatu model dan diteliti sebelum kemudian diterapkan. Dalam bukunya,
Simulation: A Problem-Solving Approach, Hoover dan Perry menjelaskan bahwa
metode simulation analysis dibagi dalam beberapa tahap (Hoover & Perry,
1989)
Problem Formulation
Inti dari permasalahan yang
timbul dari sistem yang ada adalah tingginya kebutuhan perangkat keras pada
infrastruktur dan rendahnya utilitas perangkat keras dari server-server yang
ada di Universitas Kristen Satya Wacana. Dengan semakin banyaknya kebutuhan
perangkat lunak, sistem yang lama menuntut penambahan perangkat keras baru. Hal
ini menjadikan pemborosan dalam berbagai segi, baik dalam pengadaan,
pemeliharaan, serta penggunaan enerji dan tempat. Disisi lain, dalam sistem
yang lama, pemeliharaan perangkat keras membutuhkan downtime yang relative lama
dan tidak didukung dengan sistem backup yang mudah digunakan.
Data Collection and
Analysis
Sistem teknologi dan informasi di
Universitas Kristen Satya Wacana secara garis besar terintegrasi dan terpusat,
dengan hanya beberapa fakultas dan unit telah mengelola sumber daya IT secara
independen. Dalam penulisan penelitian ini, data yang dikumpulkan adalah data
dari sistem yang dikelola oleh Biro Teknologi dan Sistem Informasi.
Biro Teknologi dan Sistem
Informasi (BTSI), merupakan Biro yang bertanggung jawab atas infrastruktur
jaringan di UKSW. Saat ini BTSI mengelola setidaknya 70 server yang
terdistribusi di 9 ruang server. Dengan sistem konvensional, dimana satiu
sistem operasi berjalan pada satu perangkat keras, sistem operasi berjumlah
sama dengan perangkat keras yang digunakan.
·
Pengguna
Secara umum, jumlah pengguna dari
keseluruhan sistem infrastruktur meliputi kurang lebih 13000 mahasiswa, 831
dosen dan pegawai aktif di Universitas Kristen Satya Wacana disamping pengguna
yang datang dari seluruh dunia melalui internet yang jumlahnya bervariasi.
·
Pemakaian Bandwidth
Penggunaan Fiber Optic yang
menghubungkan setiap gedung dan datacenter digunakan sebagai backbone
komunikasi dalam setiap komponen. Penggunaan teknologi Fiber Optic ini
memungkinkan kecepatan transfer mencapai 1 Gbps untuk mencukupi kebutuhan yang
ada dalam pengembangan virtualisasi.
·
Analisis
Dengan melihat kondisi ini,
penerapan virtualisasi diharapakan dapat menyelesaikan masalah rendahnya
efisiensi dan peningkatan kebutuhan perangkat keras. Adopsi dari sistem
virtualisasi juga sejalan untuk dapat melakukan kebutuhan konsolodasi perangkat
keras.
Model Development
Secara kesuluruhan, sistem
virtualisasi dengan menggunakan perangkat lunak dari VMware disebut dengan
vSphere. Seperti terlihat pada pada Gambar 2, vSphere melakukan virtualisasi
dan menyatukan lapisan sumber daya perangkat keras dibawahnya meliputi berbagai
sistem dan menyediakan suatu pool dari sumber daya virtual pada datacenter.
vSphere sendiri merupakan gabungan dari berbagai produk dan
teknologi yang terdiri dari beberapa komponen, diantaranya:
·
WMWare ESX/ESXi: merupakan platform virtualisasi
pada vSphere dan merupakan Virtual Machine Host dimana Virtual Machine
dijalankan
·
VMware vCenter Server: merupakan titik pusat
untuk konfigurasi dan pengaturan pada lingkungan virtualisasi.
·
VMware
Sphere Client: interface yang mengijinkan pengguna untuk secara jarak jauh
terhubung ke vCenter melalui Windows PC.
·
VMware vSphere Web: tampilan web dimana
pengaturan virtual machine dapat dilakukan dari web browser.
·
VMware
vStorage VMFS: sistemfi/e dengan performa tinggi untuk perangkat ESX/ESXi,
dimanafi/e-fi/e image virtualisasi disimpan.
·
VMware vStorage SMP: fitur yang memungkinkan
sebuah VM untuk dapat menggunakan lebih dari satu prosesor fisik secara
bersamaan.
Selain itu vSphere juga
menyediakan berbagai fungsi yang dapat digunakan untuk pengaturan sumber daya:
VMware Distributed Resource Scheduler dan untuk avaibility: VMware High
Avaibility, serta untuk pelindungan data: VMware Consolidated Backup.
Model Verification
and Validation
Dalam penelitian ini,
data diverikasi dan divalidasi dengan cara:
·
Data mengenai spesifikasi perangkat keras
diambil dan dicek oleh orang lain selain penulis dengan cara melakukan survey
terhadap perangkat keras yang ada.
·
Data performa server diambil dengan mengunduh
informasi dari sistem monitoring melalui file .csv untuk kemudian kemudian
dihitung menggunakan program Microsoft Excel untuk menjamin akurasi data.
·
Data
performa VMHost dan VM diambil langsung melalui sistem monitoring yang telah
dipasang untuk kemudian dianalisis.
Validasi data dilakukan untuk
menentukan apakah perhitungan pada model yang dibuat sesuai dengan sistem yang
diteliti. Dari hasil pada model development gambaran mengenai bagaimana sistem
didapatkan untuk kemudian dapat diterapkan baik dalam simulasi maupun dalam
ruang kerja sebenarnya.
Model Experimentation
and Optimization
Dalam Model Experimentation dan
Optimazion, digunakan 3 perangkat keras dimana sistem ESXi terpasangdibutuhkan
perangkat keras dengan spesifikasi yang relatif tinggi untuk mendapatkan
performa maksimal. Server ESXi membutuhkan memori setidaknya 2Gb untuk dapat
berjalan dengan kondisi minimum (VMware, 2011).
Hasil Pembahasan dan
Implementasi
Dalam penerapannya perangkat
keras dari sistem didistribusikan dalam 3 ruang server dan gedung yang terpisah
untuk mengantisipasi gangguan sehingga tidak terjadi single point failure.
Selain itu, pertimbangan keamanan juga merupakan alasan penempatan perangkat
keras di lokasi yang berbeda. Setiap server ESXi (VMHost) terhubung secara
langsung ke backbone universitas untuk mendapatkan jaminan keamanan dan
kestabilan koneksi. Setiap core switch antar gedung saling terhubung dengan
jaringan fiber optic.
Konfigurasi tipe star digunakan
pada arsitektur switch dengan tujuan mendapatkan akses yang terbaik dan sebagai
backup. Pada penerapan di sistem jaringan, penting untuk setiap ESXi terhubung
ke managable switch yang mendukung penggunaan VLAN. VLAN memastikan bahwa setiap
VM dapat terhubung pada jaringan dimana VM tersebut dihubungkan dan memastikan isolasi
terhadap jaringan lainnya.
Dalam pelaksanaannya, terdapat 30
VLAN yang digunakan untuk memisahkan jaringan yang ada. Implementasi pada
perangkat lunak dilakukan dalam beberapa tahap: instalasi ESXi yang berfungsi
sebagai VMHost dan merupakan VM Kernel, instalasi vCenter sebagai sistem
konfigurasi terpusat yang mengelola keseluruhan lingkungan tervirtualisasi,
serta instalasi VM pada lingkungan kerja virtual. vCenter dihubungkan dengan
Microsoft Windows Active Directory yang telah berjalan pada infrastruktur yang
ada seebagai alat autentikasi. vSphere Client digunakan untuk melakukan koneksi
ke vCenter dalam melakukan konfigurasi secara terpusat. Secara keseluruhan,
terdapat 34 VM yang berjalan dengan berbagai sistem operasi dan konfigurasi di
3 VMHost yang terpasang. 15 Server berjalan di server Alala, 11 pada server
Cancer, dan 8 sisanya pada server Demeter.
3.
Hasil
Analisis
·
Efisiensi dan utilitas sumber daya perangkat
keras
Dari hasil peneltian diatas dapat
disimpulkan bahwa sistem virtualisasi merupakan solusi untuk meningkatkan
utilitas sumber daya perangkat lunak dalam upaya peningkatan efisiensi kerja.
Dari 70 server yang sebelumnya terpasang pada sejumlah perangkat keras yang
sama, dengan sistem virtualisasi, 34 server diantaranya dapat berjalan dalam
hanya 3 perangkat keras dengan memaksimalkan kinerja dari setiap perangkat
keras yang digunakan hingga sekitar 25% CPU dari yang sebelumnya kurang dari
10%. Efesiensi dapat terus ditingkatkan dalam taraf aman dan stabil hingga pada
tingkat 80% pemakaian utilitas CPU.
·
Downtime System
Turunnya jumlah perangkat keras
pada rasio 34:3, memberikan beban UPS yang lebih sedikit pula dan menyediakan
waktu lebih lama sebelum UPS mengalami kegagalan sehingga mengurangi downtime
yang ditimbulkan karena PLN. Pada kerusakan sistem, VDR memberikan solusi
sederhana dimana snapshot dapat diambil secara otomatis dan dikatalogkan dengan
baik. Snapshot yang diambil kemudian dapat digunakan untuk melakukan system
restore terhadap sistem yang rusak dan merupakan salah satu penyebab turunnya
angka downtime yang dimbul terhadap keseluruhan sistem. Walaupun tidak secara
spesifik diteliti, 34 sistem operasi yang sebelumnya berjalan pada 34 perangkat
keras ke 3 perangkat keras seacara langsung memberikan dampak penghematan
terhadap biaya dan energi yang dibutuhkan untuk pendingingan (AC), penyediaan
dan perawatan UPS, serta kebutuhan listrik. Teknologi virtualisasi selain memaksimalkan
efisiensi juga mendukung sistem green computing.
·
Resiko Analisis
Seperti banyak teknologi lainnya,
teknologi virtualisasi merupakan teknologi yang berdaya guna dengan berbagai
keunggulan. Walaupun demikian, virtualisasi bukanlah panasea. Penggunaan yang
tidak tepat dapat menyebabkan performa yang buruk, mahalnya biaya yang harus
dikeluarkan oleh organisasi, hingga ke resiko yang fatal bagi organisasi.
Virtualiasi paling bagus diterapkan jika solusi ini diarasa pas pada arsitektur
sistem yang ada, tidak semata-mata berfokus pada tools yang sedang populer (Kusnetzky, 2011) . Dalam peneliatian
ini, resiko analisis dilihat dalam berbagai sudut pandang. Selain dengan data
yang ada, wawacara dengan penentu keputusan juga dilakukan untuk menganalisis
apakah teknologi ini layak diterapkan di lingkungan UKSW. Secara garis besar,
teknologi virtuliasi merupakan menjawab tantangan yang dihadapi oleh
universitas.
·
Resiko Bisnis
Dilihat dari resiko bisnis, dengan
berbagai keunggulan yang ditawarkan teknologi virtualisasi dapat menjawab
masalah yang ada dalam organisasi. Beberapa hal yang diperhatikan dari segi
bisnis adalah dengan diberikannya pengguna bisnis untuk tetap bekerja dengan
aplikasi lama bahkan yang oleh tidak lagi dimungkinkan oleh sistem IT karena
adanya ketergantungan terhadap perangkat keras tertentu, muncul keberlangsungan
dan ketergantungan terhadap aplikasi yang ada dan dapat menghambat pengguna
untuk menemukan aplikasi baru yang mungkin lebih efisien (Caton, 2007). Dari
sudut pandang bisnis, arsitektur pada teknologi virtuliasasi memberikan
keleluasaan bagi organisasi untuk pengembangan, tanpa dibutuhkannya gangguan
dan perbuahan pada application level dan memberikan jaminan atas keberlangsungan
bisnis organisasi. Sifat expandable dari teknologi virtualisasi ini juga
memberikan pondasi yang kokoh bagi teknologi cloud computing dalam berbagai
platform-nya.
·
Resiko Proyek
Pembangunan infrastruktur
virtualisasi membutuhkan time-frame yang perlu disusun secara hati-hati untuk
mengurangi downtime yang mungkin muncul. Walaupun jika dilihat dalam jangka waktu
yang panjang virtualiasi menjajikan adanya pemangkasan kebutuhan dana yang
cukup signifikan, pada tahap awal pembanguan dari infrastruktur ini membutuhkan
dana yang besar. Teknologi virtualisasi membutuhkan perangkat keras dengan
spesifikasi diatas spesifikasi dari sistem konvensional. Untuk konfigurasi
maksimal, adanya ketergantungan sistem ini dengan jaringan berkecpatan tinggi
dan adanya SAN/NAS, yang pada sistem konvensional jarang dibutuhkan, membuat
sistem ini semakin mahal untuk dibangun pada tahap awal dibandingkan dengan
sistem konvensional. Pada studi kasus di UKSW, hal ini tidaklah menjadikan
masalah dikarenakan pembangunan tahap awal sistem virtualisasi dibiayai oleh
hibah dana yang disediakan oleh pemerintah, walaupun demikian hal ini dapat
dijadikan pertimbangan bagi organisasi yang telah mempunyai infrastruktur yang
berjalan untuk mempertimbangkan kembali apakah sistem virtualisasi sesuai
dengan kebutuhan.
·
Resiko Ekonomis
Tujuan utama dari virtualisasi adalah
pemangkasan biaya dan peningkatan efisiensi. Dari resiko ekonmis, dengan
dilakukannya konsolidasi ke sistem tunggal,
virtualisasi mengurangi jumlah perangkat keras dan pengeluaran untuk
penyediaan perangkat keras, pembiayaan terhadap pemeliharaan perangkat keras
dan keberlangsungan sistem. Biaya ini mencakup biaya yang diperlukan untuk penyediaan
UPS, pendinginan ruang server, hingga ke penyediaan tempat ruang server yang
tidak murah. Dilihat dari perbandingan anggaran yang dikeluarkan oleh BTSI pada
tahun 2009 dan 2010, terdapat perbedaan yang dramatis dalam penyediaan perangkat
keras. Pada tahun 2009, dilakukan pembelian terhadap 8 perangkat server, sedangkan
pada tahun 2010, hanya dilakukan pembelian komponen tambahan seperti memory,
dan NIC. Dengan melihat anggaran-anggaran sebelumnya dimana setiap tahun
terdapat kebutuhan yang lebih tinggi, pada 2010 tren ini berubah secara
drastis.
Secara ekonomis, pemotongan biaya
yang dikeluarkan, berdasarkan hasil wawancara dengan manajer BTSI sebagai
pimpinan dan penentu kebijakan virtualiasi dirasa sangat sesuai untuk
diterapkan, dengan syarat ada dan berjalannya sistem backup untuk mengatisipasi
bencana yang mungkin terjadi.
4.
Simpulan
Dari penelitian yang dilakukan,
dapat disimpulkan bahwa sistem virtualisasi menjawab rumusan masalah yang
timbul. Dengan virtualisasi, efisiensi penggunaan utilitas perangkat keras
dapat dimaksimalkan, untuk penghematan sumber daya, energi, tempat, dan biaya
perawatan sistem dengan peningkatan utilitas CPU hingga 740.39% dibandingkan
dengan sistem tanpa virtualisasi. Walaupunt terdapat capaian peningkatan
utilitas, jika tidak dikonfigurasikan dengan benar sistem virtualisasi dapat
menimbulkan bottleneck pada sistem operasi yang berjalan didalamnya. Tuning dan
pengawasan serta pengaturan yang hati hati menjadi salah satu penentu faktor keberhasilan
dari pemanfaatan teknologi virtuliasasi.
Selain utilitas prosesor,
peningkatan yang dramatis juga terjadi pada uptime dari sistem. Walaupun dalam
penelitian tidak membandingkan secara langsung terhadap jumlah downtime pada
sistem konvensional dan pada sistem tervirtualisasi, turunnya jumlah perangkat
keras dalam proses penelitian ini memberikan respon terhadap angka uptime yang
teruse meningkat, hingga 1522.73% dari perbandingan jumlah uptime Januari
2011-Agustus 2011 dengan jumlah uptime pada Oktober 2011 - Februari 2012. Hal
ini disebabkan karena berkurangnya beban UPS sesuai dengan berkurangnya
perangkat keras server.
Walaupun demikian, teknologi
virtualisasi tidak tanpa kekurangan. Ruang lingkup virtualisasi membutuhkan
suatu perangkat keras dengan spesifikasi yang relatif lebih tinggi. Prosesor,
memori, harddisk dengan Input-Output yang tinggi, serta peralatan jaringan
seperti NIC dan switch kecepatan tinggi menjadi salah satu syarat utama ruang
kerja virtualisasi. Selain itu, jika tidak dirancang dengan baik, ruang lingkup
virtualisasi akan memberikan kesempatan terhadap adanya single point failure,
dimana kesalahan terhadap satu titik akan berakibat fatal terhadap keseluruhan
sistem. Oleh karena itu sistem backup dan adanya system datastore diperlukan
untuk diterapkan dan dirancang dalam upaya mengurangi resiko ini.
Daftar Pustaka
repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1423/2/T1_672008264_Full%20text.pdf